Senin, 02 Juli 2018

“Putri Biru” Penghuni Danau Kalimpaa?


Dibalik keeksotisannya ternyata Danau Kalimpaa atau biasa dikenal dengan sebutan Danau tambing
menyimpan beribu “misteri”. Salah satunya adalah soal kepastian kedalaman danau yang berada di ketinggian 1.700 Mdpl itu. Bagaimana tidak secara luasan, danau itu lebih tepat disebut telaga, namun kedalaman dari danau itu bukan seperti kedalaman telaga pada umumnya.
Selain itu, di kalangan para pecinta alam, Danau Tambing dikenal dengan cerita mistisnya, mau percaya atau tidak, kembali ke pribadi masing-masing.? Danau dengan dengan luas kurang lebih 6 hektare itu, berkembang cerita dihuni oleh seorang wanita cantik yang dikenal dengan sebutan ‘Putri Biru’.
Konon, ketika Danau Tambing belum seramai seperti sekarang ini atau sekira tahun 1990an, Putri Biru sering menampakan diri kepada beberapa pengunjung ( rata-rata anak PA= Pecinta Alam ) di danau itu, khususnya para wanita.
Awalnya para pendaki wanita akan melihat sang putri tengah asyik bermain di tengah danau, kemudian si pendaki akan mengalami kerasukan dan secara spontan raganya akan berlari ke arah danau.
Menurut pengakuan dari beberapa orang, si pendaki ataua anaka PA yang kerasukan itu melihat bahwa dia sedang dipanggil oleh sang putri yang parasnya sangat cantik, maka dibawah alam sadarnya, mereka yang kerasukan akan mengikuti panggilan itu dan hendak berlari ke tengah danau.
Peristiwa tenggelamnya warga Desa Sedoa di tahun 2012 dan salah seorang anggota Pecinta Alam di Balane pada Juni 2018 (tanggal 24), juga tak lepas dari cerita mistis tersebut, sebagian orang berargumen bahwa penunggu Danau Tambing sedang meminta korban.
Tim SAR Palu sedang mencari korban yang tenggelam di Danau Tambing pada 24 Juni 2018. FOTO:AMAR
Informasi yang diperoleh, kronologis korban yang tenggelam pada 2012 silam, kala itu korban sedang mencoba berenang menyeberangi danau tersebut, namun ketika berada ditengah danau korban tiba-tiba tenggelam, seperti ada yang menghisapnya ke dalam danau.
Begitu pun dengan cerita korban yang lain, saat itu korban sedang bermain rakit lalu tiba-tiba tercebur dan ketika tanganya meraih rakit, teman korban sempat melihat tubuh korban menggigil sangat kencang, tangan korban sempat meraih pinggiran rakit namun tidak lama kemudian langsung masuk ke dalam air.
Korban pertama ditemukan lima hari kemudian, sementara korban yang kedua ditemukan 3 hari kemudian, setelah dilakukan pencarian oleh tim SAR. Menurut rim SAR, korban ditemukan di kedalaman 5 meter dengan kondisi sebagian tubuh korban telah tertimbun lumpur.
Terlepas dari cerita mistis diatas, peristiwa tenggelamnnya orang di Danau Tambing, harusnya dijadikan instropeksi bagi para pengunjung, khususnya kalangan pecinta alam di Sulteng yang “mungkin” sudah paham betul dengan kondisi di danau itu.
Larangan mandi atau berenang ataupun bermain (rakit atau perahu) di danau itu, baiknya diindahkan. Karena situasi di lokasi itu, sangat sulit diprediksi, bahkan suhu airnya yang dingin dapat membuat suhu tubuh manusia bisa berubah drastis dan terserang hipotermia.  
Menyikapi dua kejadian itu, agar tidak terulang lagi, pihak berwenang dalam hal ini pengelola Danau Tambing disarankan lebih tegas soal aturan, khususnya larangan mandi dan semacamnya di danau. Jika memasang papan larangan di sekitar danau, baiknya sejalan dengan pengawasan intens petugas lapangan.
Selain itu, harus ada sanksi tegas bagi yang melanggar aturan selama berada di Danau Tambing atau selama berada di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu pada umumnya. Pengunjung pun diminta bisa menjaga kebersihan dan kelestarian Danau Tambing, jangan mentang-mentang bayar tiket (hehehe),terus berbuat seenaknya. Salam Lestari..!!!