Tarsius,
Sahabat Petani yang Terlupakan
Mungkin
binatang satu ini belum banyak yang tahu, bahkan petani atau pekebun pun
mungkin masih kurang yang kenal dengan primata terkecil bernama Tarsius. Saya hanya mencoba menceritakan sedikit tentang apa yang menjadi makanan dari hewan endemik Sulawesi itu.
Kebetulan, saya pernah diajak bergabung dalam tim oleh
peneliti asal Jerman, Doktor Stefan Merker, untuk meneliti Tarsius di wilayah
Sulawesi Tengah pada tahun 2007 lalu. Disitu saya baru mengetahui sedikit
banyak mengenai Tarsius dan penyebarannya di Sulawesi Tengah.
Masyarakat berbagai daerah di Sulawesi Tengah tidak mengenal
primata ini dengan nama Tarsius, melainkan masing-masing daerah menyebut dengan
nama lokal, seperti di wilayah Besoa, Lore (Bada), Kulawi dan sekitarnya dikenal
dengan sebutan Tanggkeda atau Tangkahi, di wilayah Poso disebut Tangkasi, sementara di
wilayah Paneki, Desa Pombewe, Kabupatan Sigi, hewan ini dikenal dengan sebutan
Toga.
Apa pun sebutannya, yang perlu digarisbawahi adalah hampir
seluruh daerah yang kita datangi untuk melakukan penelitian, rata-rata
masyarakat setempat menyebut Tarsius adalah hama bagi para petani, khususnya
yang memiliki kebun coklat, sehingga perburuan terhadap hewan ini pun tak
terelakan.
“Ohhh so binatang ini yang sering makan-makan coklat,” kata
salah seorang warga, ketika Stefan memperlihatkan foto Tarsius.
Tentunya pernyataan warga tersebut langsung mendapat
sanggahan dari Stefan, yang menegaskan bahwa Tarsius tidak makan buah-buahan,
melainkan serangga dan sejenisnya. Saya pun ketika pertama kali ikut membantu
tim penelitian itu, menganggap makanan Tarsius adalah buah-buahan, jika melihat
dari bentuk tubuhnya yang kecil.
Warga menganggap Tarsius adalah hewan sebangsa Tupai, karena
bentuk tubuhnya yang mungil sehingga dianggap sebagai hama dan merusak tanaman
coklat, seperti Tupai yang memakan buah coklat.
Akhirnya, saya pun tahu dan saksikan langsung bahwa makanan
Tarsius adalah serangga seperti belalang, selain itu Tarsius juga memakan ular
yang berukuran kecil. Tarsius yang mulai beraktivitas mencari makan, sejak
pukul 18.00 wita (petang) itu kebanyakan menyisir pinggiran-pinggiran kebun
yang banyak semaknya, untuk mencari serangga.
Tentunya keberadaan tarsius adalah penyeimbang dalam suatu
ekosistem. Bayangkan, tidak mungkin petani atau pekebun setiap hari melakukan
perburuan terhadap belalang yang kita kenal merupakan salah satu hama daun,
tentunya hanya keberadaan populasi Tarsius lah yang dianggap mampu
menyeimbangkan hal itu.
Olehnya, saya ingin mengajak kita untuk terus menjaga
populasi Tarsius, pemerintah juga diharapkan turut serta melakukan sosialisasi
kepada masyarakat bahwa Tarsius bukanlah hama bagi petani atau pekebun. Tarsius
adalah sahabat petani yang terlupakan. Sekian!Semoga Bermanfaat.